![]() |
BBM / Foto : Rizky / Aktual.com |
KilasMalang.com -- Selama bertahun-tahun, subsidi bahan bakar minyak (BBM) telah menjadi komponen penting dari kebijakan ekonomi Indonesia.
Meskipun bertujuan untuk meringankan beban orang, terutama mereka yang berpenghasilan rendah, subsidi ini juga menyebabkan banyak masalah, termasuk pemborosan anggaran dan efek negatif pada lingkungan.
Di tengah kebutuhan global yang semakin meningkat untuk energi berkelanjutan, penghapusan subsidi BBM di Indonesia menjadi masalah yang sangat penting.
Subsidi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia dimulai pada tahun 60-an dan telah berubah-ubah sesuai dengan kondisi ekonomi negara dan harga minyak global.
Pemerintah masih mengeluarkan lebih dari 100 triliun rupiah untuk subsidi ini hingga tahun 2021. Subsidi ini menguntungkan tidak hanya orang berpenghasilan rendah, tetapi juga orang menengah dan atas, yang seringkali tidak membutuhkannya.
Untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan, anggaran negara harus digunakan untuk subsidi BBM.
Laporan Bank Dunia menyatakan bahwa subsidi BBM dapat menyebabkan penurunan investasi publik yang diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan.
Polusi udara dan emisi gas rumah kaca meningkat sebagai akibat dari ketergantungan pada bahan bakar fosil (BBM).
Penghapusan subsidi BBM merupakan langkah penting dalam mengurangi jejak karbon Indonesia, karena negara ini adalah salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia.
Seringkali, subsidi BBM tidak mencapai tujuan yang diharapkan.
Kelompok yang lebih mampu merasakan sebagian besar manfaatnya, mengabaikan kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
Penghapusan subsidi biasanya menyebabkan peningkatan biaya hidup.
Untuk menjelaskan keuntungan jangka panjang dari penghapusan subsidi ini, diperlukan pendidikan yang baik.
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan di Brasil menunjukkan bahwa sosialisasi yang baik dapat membantu orang menjadi kurang resisten terhadap perubahan kebijakan energi.
Banyak bisnis, terutama industri dan transportasi, bergantung pada BBM bersubsidi.
Penghapusan subsidi harus dilakukan secara bertahap dan diikuti dengan pengembangan sumber energi dan transportasi alternatif.
Infrastruktur yang ada di Indonesia saat ini terbatas, meskipun negara itu memiliki potensi besar untuk menghasilkan energi terbarukan.
Jika subsidi BBM dihapus, International Renewable Energy Agency (IRENA) mengatakan bahwa investasi dalam teknologi terbarukan harus meningkat secara signifikan agar dapat menggantikan energi fosil.
Studi global menunjukkan bahwa, jika dilakukan dengan cara yang tepat, penghapusan subsidi BBM dapat menghasilkan berbagai manfaat.
Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan oleh International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa, dalam jangka panjang, penghapusan subsidi BBM di negara-negara berkembang dapat mengurangi emisi karbon hingga 20%.
Selain itu, dana yang dihemat dari penghapusan subsidi dapat dialokasikan untuk program perlindungan sosial dan investasi dalam infrastruktur energi terbarukan.
Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan oleh International Monetary Fund (IMF) menunjukkan bahwa, dalam jangka panjang, penghapusan subsidi BBM di negara-negara berkembang dapat mengurangi emisi karbon hingga 20%.
Selain itu, dana yang dihemat dari penghapusan subsidi dapat dialokasikan untuk program perlindungan sosial dan investasi dalam infrastruktur energi terbarukan.
Negara-negara yang berhasil adalah Iran dan Nigeria, yang secara bertahap menghapus subsidi BBM dengan menerapkan program kompensasi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Pemerintah Iran menerapkan sistem pembayaran tunai kepada keluarga yang terkena dampak penghapusan subsidi. Hal ini menurunkan resistensi masyarakat dan melindungi kelompok yang paling rentan.
Pemerintah harus melakukan kampanye pendidikan yang menyeluruh untuk memberi tahu orang tentang rencana penghapusan subsidi BBM dan keuntungan dari energi terbarukan.
Masyarakat harus yakin bahwa investasi dalam energi terbarukan akan memberikan keuntungan jangka panjang dan menciptakan lapangan kerja baru. Pengembangan dan pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti solar, angin, dan bioenergi harus dipercepat.
Pengurangan pajak dan subsidi untuk perusahaan energi terbarukan, misalnya, dapat mendorong pergeseran dari energi fosil. Mendorong penggunaan transportasi publik yang lebih ramah lingkungan dan hemat biaya.
Investasi dalam infrastruktur transportasi publik dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi dan bahan bakar minyak. Ini telah terbukti di beberapa negara, seperti Singapura, dengan mengurangi konsumsi bahan bakar minyak secara signifikan.
Untuk membantu mereka yang terkena dampak langsung dari penghapusan subsidi, pemerintah harus membangun program perlindungan sosial.
Di Indonesia, penghapusan subsidi BBM merupakan langkah penting menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Meskipun ada banyak masalah yang harus dihadapi, Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan dengan perencanaan dan implementasi yang tepat.
Indonesia dapat membangun fondasi yang lebih kuat untuk pembangunan ekonomi dan lingkungan di masa depan dengan mengaitkan pengalaman internasional dan domestik serta menerapkan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan.
Upaya ini akan bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi mendatang.
Ditulis oleh : Galih Permana Agung
Prodi : Ilmu Pemerintahan
Universitas Muhammadiyah Malang